Senin, 22 Agustus 2011

rumah maya: Bocah Misterius di bulan Ramadhan

rumah maya: Bocah Misterius di bulan Ramadhan: Bocah itu menjadi pembicaraan di kampung ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak seba...

Hati-Hati Dengan Ucapan

Ada seorang pria, sudah puluhan tahun tidak pernah melakukan hal yang rumit. Alasannya karena dia merasa jari-jarinya kikuk karena ukurannya pendek-pendek. Dia adalah tipe orang yang memiliki jari pendek-pendek. Dia merasa kalau tidak akan pernah terampil seperti orang lain karena jarinya yang seperti itu. Keyakinan ini dimulai saat orang tuanya mengatakan kalau dia tidak akan pernah terampil. Begitu juga dengan istrinya setelah dia menikah. Istrinya bahkan harus membayar orang hanya untuk memasang sangkar burung di rumahnya.

Hal ini terjadi selama puluhan tahun. Bayangkan mulai dia lahir sampai dia menikah, dia tidak pernah mengerjakan sesuatu yang rumit. Bahkan dia dikenal sebagai seorang yang justru suka merusak barang-barang yang ada di rumah. Saat berhubungan dengan pekerjaan tangan, dia hanya menjadi bahan ejekan dan bahan tertawaan keluarga dan teman-temannya.

Sampai suatu saat, dia bertemu dengan salah seorang ahli pengembangan diri. Kemudian dia diajarkan suatu teknik* tertentu. Setelah beberapa bulan kemudian, dia datang kepada ahli pengembangan diri tersebut dengan membawa sebuah miniatur kapal yang sangat rumit. Dia memberikannya sebagai hadiah kepada ahli pengembangan diri yang telah membuka suatu “hambatan” yang menghambat dia berkarya selama puluhan tahun. Miniatur kapal yang sangat rumit itu dibuat sendiri oleh pria itu.

Ada pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah nyata diatas:

Jika Anda tidak bisa saat ini, bukan berarti tidak bisa selamanya.
Sering kali yang yang membuat kita tetap tidak bisa adalah masalah mental.
Perkataan, terutama dari orang yang memiliki otoritas sangat mempengerahui seseorang. Jadi hati-hati dengan perkataan Anda baik terhadap teman, keluarga, maupun diri sendiri.
Sayangnya, yang sering terjadi justru banyak orang yang perkataannya menghancurkan kepercayaan diri orang lain:

Saat orang lain berhasil atau berprestasi, yang dilihat malah kekurangannya. “Bagus sich, tapi…”
Atau menunjukan ketidak percayaannya. Misalnya saat seorang anak berhasil mendapatkan uang dari berdagang, orang tuanya bertanya, “Kamu mencuri uang dari mana?”
Justru, saat orang lain melakukan kesalahan atau mengalami kegagalan, dia memperkuatnya dengan mengatakan, “Kamu memang tidak becus!”
Please, terutama kepada anak Anda, dimana Anda memiliki otoritas tinggi, perkataan Anda bisa membentuk mental anak Anda. Hati-hati dengan ucapan.

Kisah Keluarga Tikus

Ini bukan tentang keluarga Stuart Little, ini tentang sebuah keluarga tikus dengan 8 anaknya yang masih belajar mencari makanan. Kebetulan ini adalah keluarga tikus rumahan, yang mencari makanan dari sisa-sisa makanan manusia. Ada dua anak tikus si belang dan si putih menemukan sepotong keju. Namun ada pertanyaan besar bagi kedua anak tikus tersebut, sehingga mereka ragu mengambil keju tersebut.

Apa yang membuat mereka ragu? Sebab keju tersebut tidak terletak di lemari. Padahal mereka biasa mencuri makanan dari lemari.

“Jangan-jangan, keju itu busuk dan dibuang.” kata si putih.

“Tidak, meski dari kejauhan saya mencium kalau keju itu masih segar. Pasti enak.” kata si belang.

“Tapi, warnanya kusam.” bantah di putih.

“Bukan warna yang menentukan, tetapi aromanya.” kata si belang.

“Ya sudah, kita ambil saja!” kata si putih.

“Boleh, tapi ukurannya kecil. Paling cukup untuk kita berdua.” kata si belang.

“Bukankah kata ayah, kita harus berbagi. Kita masih punya 6 saudara.” kata si putih.

“Tapi percuma dibagi-bagi, nanti kebagian sedikit.” kata si belang.

“Cukuplah, tidak kecil-kecil banget. Kita semua bisa kenyang.” kata si putih.

“Iya sih, kalau untuk sekali makan akan kenyang. Tapi untuk 3 kali, terasa kurang.” kata di belang.

Ternyata, ayah mereka mendengar pembicaraan kedua anaknya ini.

“Anak-anaku, apa yang kalian bicarakan adalah benar. Tetapi tidak benar seutuhnya.” sela ayahnya.

“Apa maksud ayah?” kata si putih.

“Kalian terlalu fokus pada kejunya. Kalian harus melihat masalah dengan pandangan yang lain. Ini menyangkut hidup mati kalian.” jelas ayahnya. Tapi kedua anaknya yang belum pengalaman, malah heran dan kebingungan.

“Saya tidak mengerti, ayah.” kata si belang mengernyitkan dahinya.

“OK, tunjukan dimana kalian menemukan keju tersebut.” kata ayahnya.

Kedua anak tikus tersebut mengantar ayahnya menuju letak keju.

“Apa yang kalian lihat?” tanya ayahnya menguji pandangan anak-anaknya.

“Keju, ayah!” jawab kedua anaknya serempak.

“Coba lihat lagi!” kata ayahnya sambil tersenyum. Kedua anaknya memperhatikan keju dengan seksama, tetapi mereka tetap bingung karena tidak ada yang aneh. Melihatnya anaknya kebingungan, ayah mengajak naik ke sebuah meja.

“Nah, sekarang lihat diatas meja ini. Apa yang kalian lihat?” tanya ayahnya.

“Saya melihat sebuah alat dimana ada keju di dalamnya.” jawab si putih.

“Oh iya, baru terlihat.” lanjut si belang. “Alat apa itu ayah?” tanya si belang.

“Itu adalah pertanyaan yang bagus. Kalian sudah tidak terfokus pada kejunya lagi, tetapi pada sistem yang lebih besar. Pertanyaan kalian ini akan menyelamatkan hidup kalian. Alat itu adalah perangkap. Jika kalian mengambil kejunya, ada senjata yang akan membunuh kalian.” jelas ayahnya.

Terang saja, kedua anak tikus ini terperanjat. Kaget bukan kepalang. Tidak terpikirkan sebelumnya. Mereka hanya fokus pada keju.

“Jika kalian melihat secara utuh, pertanyaan kalian akan benar dan akan menyelamatkan kalian. Jangan fokus pada pandangan sempit dan mengambil keputusan dari pandangan tersebut. Dari perbedaan cara pandang ini, bisa menentukan hidup matinya kalian.” jelas ayahnya dengan tatapan kasih kepada kedua anaknya.